ADVERTISEMENT

Jangan Dilawan, Tapi Cobalah Berdamai dengan Stres

Allah telah melengkapi manusia dengan sistem pertahanan terhadap bahaya. Inilah fungsi kortisol, pengelola stress dalam otak. Pada saat ada bahaya, otak akan langsung mengeluarkan kortisol, hormon stress, yang langsung bekerja mempersiapkan tubuh menghadapi stress sesuai kebiasaan, flight (lari meninggalkan sumber stress), freeze (beku, tidak bergerak, berharap sumber stress segera berlalu) atau fight (lawan, hajar).

Untuk itu kortisol meningkatkan kadar gula dalam darah, dan membuat darah lebih banyak mengkonsumsi gula. Adrenaline pun muncul meningkatkan detak jantung, meningkatkan tekanan darah dan meningkatkan jumlah energi dalam tubuh.

Kortisol juga menahan hal-hal yang tak mendukung proses menghadapi stress. Kemampuan melawan penyakit menurun, karena tubuh ingin menghadapi sumber stress dulu, sehingga berbagai sumber penyakit tidak mendapat prioritas. Kortisol juga membekukan sistem pencernaan, reproduksi dan pertumbuhan.

Setelah sumber stress hilang, kortisol dan adrenaline akan menurun, detak jantung dan tekanan darah turun, sistem pencernaan, reproduksi, pertumbuhan akan bekerja kembali, dan daya tahan tubuh (imunitas) akan bekerja kembali menghalau berbagai penyakit.

Yang jadi masalah adalah kalau sumber stress terus-terusan ada, seperti memori traumatis, kekhawatiran akan masa depan, galau masa lalu, ketidaknyamanan berhadapan dengan keluarga atau boss dan rekan kerja, atau konflik dengan nilai-nilai lingkungan. Kalau tubuh, pikiran dan jiwa tidak berdamai dengan itu semua, semua hal itu akan dianggap sebagai sumber bahaya, dan otak akan terus menerus memproduksi kortisol.

Dampaknya adalah produksi gula yang berlebihan, berbagai penyakit muncul karena imunitas rendah, jantung dan berbagai organ vital bekerja terlalu keras, dan melemah. Stress adalah sumber segala penyakit karena ini. Selama stress tubuh tak bisa menangkal penyakit, kadar gula tinggi, dan berbagai organ kelelahan bekerja.

Beberapa dampak dari kadar kortisol yang tinggi adalah: depresi, panik, keresahan kronis, stress paska trauma (PTSD), anorexia nervosa, bulimia nervosa, kecanduan, diabetes mellitus, obesitas, masalah metabolisme, polycystic ovary syndrome (PCOS), gangguan tidur sleep apnea, kerusakan ginjal, sakit kronis dan osteoporosis.

Stress terus menerus menyebabkan kelelahan kelenjar adrenalin atau Adrenal Fatigue, yang menyebabkan fibromyalgia, hypothyroidism, chronic fatigue syndrome, arthritis, menopause dini, jerawat, dan rambut rontok.

Jumlah kortisol harus pas sesuai kebutuhan tubuh, karena kalau terlalu rendah, bisa pula terjadi Addison’s disease, kondisi auto imun yang merusak kelenjar adrenaline. Dalam jumlah yang pas kortisol berfungsi mengatur metabolisme, mengatasi peradangan dan mengatur kadar gula, selain untuk menghadapi stress.

Jadi jangan buru-buru cari obat cespleng, cari dulu sumbernya dari dalam tubuh, atasi stress nya, agar kita sembuh dari akarnya, dan tidak tergantung obat.

Apa yang dapat kita perbuat?

Sesungguhnya bukan kejadiannya, bukan orangnya, bukan sumber stressnya yang menyebabkan berbagai masalah ini muncul, tapi persepsi kita terhadap sumber stress ini yang menjadi tantangan kita.

Berdamailah dengan sumber stress

Orang yang tak biasa melihat ular akan melihat ular sebagai ancaman, sebagai sumber stress. Tapi pawang ular banyak yang senang melihat ular, bahkan tertarik mempelajari kehidupan ular. Bagi mereka ular sama sekali bukan sumber stress. Maka kalau sampai kita tinggal di daerah banyak ular kita perlu mempelajari cara menghadapi mereka dan kalau kita piawai, kita tak akan lagi stress menghadapi mereka.

Begitu juga dengan berbagai cobaan hidup, boss, pasangan, keluarga, lingkungan yang bikin stress, perlu kita fahami dan pelajari, sehingga kita bisa menerima mereka dalam hidup kita tanpa harus stress. Seperti pawang bisa menghadapi ular.

Pertama, ikhlas dulu. Semua ujian dan cobaan itu dihadirkan Sang Pencipta yang Maha Pengasih Penyayang, yang Maha Kuasa. Hidup kita Ia pula yang menciptakan, jadi siapa kita untuk mengeluh? Ikhlas saja, terima semua hal yang Ia berikan pada kita. Selama masih ada nafas, kita punya kesempatan menerima semua itu. Setiap nafas adalah nafas baru, harapan baru, jadi jangan galau akibat masa lalu, dan tak perlu khawatir masa depan. Manfaatkan dulu detik ini, nafas yang ini.

Syukuri semuanya, karena semua diciptakan untuk kita. Ya, kita.

Semua sumber stress yang bikin kesal, bikin marah, dan membuat kita tak nyaman, sesungguhnya dihadirkan untuk sebuah maksud yang didasari cinta kasihNya. Kira-kira kenapa Sang Maha Pengasih Penyayang yang mencintai kita lebih dari siapapun, bahkan lebih dari ibu kita, memberikan kejadian, orang, atau lingkungan tersebut pada kita atas dasar cintaNya?

Pada saat kita mampu memahami, menerima, menikmati, mensyukuri dan berbagi bahagia dalam kondisi dicoba dan diuji, cobaan dan ujian tersebut tak akan lagi menjadi sumber stress. Otak akan menerima sinyal bahwa “semua baik-baik saja” dan menurunkan kadar kortisol.

Silaturahmi, berbagi, limpahkan cinta dan rasakan kebahagiaan orang lain

Hindari perasaan kesepian. Ini penting sekali, dan tidak tergantung pada jumlah orang yang ada di sekitar kita. Syukuri semua yang ada di sekitar kita, dan ambil hukum “memberi dan menerima” bukan “memberi dan mengambil.” Hubungan manusia bukan transaksi dagang penuh tuntutan. Tidak boleh ada “aku sudah begini, dia harus begitu dong.”

Berbagi, memberi dan semua tindakan di mana cinta berlimpah, membuat kortisol turun. Perhatian kita pun beralih dari sumber stress ke kebahagiaan orang lain. Ikutlah bahagia. Jauhi iri, dengki karena itu artinya kita menciptakan sumber stress baru. Bahagia saja atas apapun kebahagiaan orang lain, juga terhadap mereka yang menjadi sumber stress kita. Bawalah senyum dan tawa dalam setiap kesempatan.

Hati-hati, saat stress jangan mengeluh dan membuang sampah emosi pada orang lain. Stress kita belum tentu hilang, dan orang lain bisa ikut stress pula. Kalau belum kuat, jauhi pula orang-orang yang suka mengeluh dan “energy-sucker” atau penyerap energi, mereka yang energinya negatif, selalu gossip, SOS (Senang kalau Orang Susah dan Susah kalau Orang Senang).

Makan sehat, secukupnya pada waktunya

Kenali lapar yang sesungguhnya, bukan lapar karena stress. Hindari camilan, snack manis atau asin, makanan yang diproses di pabrik, trans fat, kopi, soda, teh dan minuman energi berkafein tinggi. Hati-hati karena gula tersembunyi di berbagai jenis makanan proses. Hindari juga buah yang terlalu manis.

Minum air putih yang banyak, sesuai kebutuhan tubuh. Perbanyak serat, rumput laut, makanan/minuman sehat fermentasi untuk dapatkan priobiotik alami. Makanan yang mengandung magnesium dan vitamin B pun penting untuk dicari.

Hindari makanan yang menyebabkan gangguan system, menyebabkan gas, dan mengganggu pencernaan.

Ibadah yang khusuk, meditasi dan relaksasi, istirahat dan tidur yang cukup

Hayati setiap elemen ibadah, dan izinkan tubuh beristirahat dan berserah penuh kepadaNya. Jangan hanya jadikan ibadah sebagai ritual, tapi lakukan ibadah setiap saat stress melanda, meskipun pada saat itu belum jadwal ibadah. Secara penuh, serahkan segala sel, pikiran dan jiwa kepada Sang Pemberi Stress tersebut. Lakukan juga sebelum tidur agar sebelum tidur seluruh tubuh, pikiran dan jiwa sudah tenang dan damai, sehingga tidur bisa nyenyak dan cukup.

Ibadah terburu-buru membuat efek meditatif dan penyerahan diri secara total tak bisa muncul. Stress pun tak akan berlalu. Mindful: hayati setiap hal yang sedang dilakukan dengan penuh syukur. Sempatkan agar efek relaksasi dapat muncul dalam setiap kegiatan.

Menyatu dengan alam dan olah raga

Izinkan alam untuk menyerap semua stress yang ada. Menyatulah dengan tanah, pohon, bunga, angin, air laut dan sungai. Rasakan betapa keberadaan daun yang bergoyang, angin yang berhembus semua adalah tanganNya menyayang-nyayangi kita. Biarkan semua melarutkan semua stress kita. Alam diciptakan untuk kita. Menikmati pemandangan alam, dan semua elemen alam dapat membantu kita merasa lebih menyatu dengan penciptanya. Stress lebih mudah diatasi dengannya.

Olah raga sangat efektif mengatasi stress. Apabila dilakukan di tengah alam yang indah, sambil menyatu dengan alam, tentu akan lebih efektif mengatasi stress.

Essential oils

Lemon, orange, lavender, ylang ylang adalah beberapa essential oils yang efektif mengatasi stress. Secara spesifik stress away, peace and calming pun sangat efektif dan membantu relaksasi dan tidur nyenyak.

Tekuni hobi yang menyenangkan

Berkreasilah, buat sesuatu yang membuat kita dan orang lain senang. Memasak, menulis, membuat hasil karya kreatif, mengurus hewan peliharaan, memperkaya diri kita sendiri dan membuat senang pula orang lain. Bisa pula mendatangkan uang.

Pada saat kita terserap dalam kegiatan-kegiatan ini, efek meditatif yang membawa relaksasi pun muncul, dan stress bisa lebih mudah diatasi.

Nah, dari daftar di atas, bagaimana kita bisa lebih baik lagi mencegah melonjaknya kadar kortisol yang tinggi dalam tubuh kita? bagaimanakah kita bisa lebih baik lagi mencegah stress mengatur hidup kita dan menimbulkan keluhan dan penyakit dalam hidup kita?

Dan bagaimanakah kita dapat memastikan agar kita konsisten dan lebih baik lagi mengatasi stress setiap hari?

Indira Abidin, kompasiana. Sumber:

Chronic stress puts your health at risk

Cortisol

What Does Cortisol